Suku Naulu
Suku
Naulu, sebuah suku yang mendiami pedalaman pulau seram. Maluku memiliki tradisi
memenggal kepala manusia sebagai persembahan. Suku Naulu tersebar di dua
wilayah Pulau Seram, yakni Dusun Nuanea dan Dusun Sepa. Jauh dari pusat kota membuat
suku ini bertahan hidup secara tradisional. Beberapa diantaranya masih hidup
nomaden atau berpindah-pindah.
Kebanyakan
dari suku ini belum memeluk agama. Mereka masih membawa kepercayaan yang
diwariskan turun temurun oleh nenek moyang. Suku Naulu percaya bahwa arah
leluhur selalu mengawasi mereka. Para pria dewasa di suku ini mengenakan ikat
kepala merah sebagai identitas.
Ritual
Suku
ini memiliki tradisi yang mengerikan, yaitu berburu kepala manusia untuk
dijadikan persembahan kepada nenek moyang. Sebenarnya, tidak ada penjelasan
logis di balik tradisi kejam tersebut. Namun, mereka percaya hal itu mutlak
dilakukan agar terhindar dari bahaya atau musibah. Selain itu, penggal kepala
dianggap sebagai kebanggaan dan simbol kekuasaan.
Tradisi
ini awalnya sudah hilang sejak awal 1900an. Akhirnya, setelah bertahun-tahun
ritual mengerikan ini sudah tidak terdengar lagi. Namun, pada 2005 ritual ini
mengejutkan kembali terjadi. Dua mayat tanpa kepala ditemukan di kecamatan
Amahai, kabupaten Maluku Tengah. Setelah diselidiki, keduanya merupakan korban
suku Naulu untuk dipersembahkan kepada leluhur. Pelakunya mengaku melakukan
ritual tersebut untuk memperbaili rumah adat mereka.
Semenjak
peristiwa sadis itu, lembaga hukum berupaya melakukan sosialisasi kepada semua
pihak tentang adanya hukuman tegas b agi tindakan pembunuhan. Kemudian, tradisi
ini dihapus hingga saat ini. Namun, ritual pengangkatan pria dewasa masih
berlangsung, hanya saja pembahasannya diganti dengan burung kuskus.
Sistem
Bahasa
Bahasa yang digunakan
oleh Suku Nuaulu adalah bahasa daerah yang mereka sebut dengan sou manai bahasa
Nuaulu atau amasou . walau demikian masyarakat suku Nuaulu juga mengenal bahasa
Melayu Ambon yang biasanya mereka guanakan untuk berkomunikasi dengan kerabat
lainnya diluar kelompok mereka, karena bahasa melayu Ambon ibarat bahasa
pemersatu bagi semua orang Maluku dimanpun berada. Di Negeri Nua Nea khusus
bagi mereka orang tua atau sesepuh sama sekali tidak bisa berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa melayu Ambon, mereka cenderung menggunakan bahasa daerah
sebagai sarana komunikasi. Bahasa amasou ini di kenal mulai dari anak-anak
samapai orang tua, bahkan dalam komunikasi sehari-hari mereka menggunakan
bahasa tersebut.
Sitem
Pengetahuan
Ilmu
pengetahuan dari masyarakat suku Nuaulu awalnya sangat sederhana. Misalnya
pengetahuan mengenai cuaca, iklim, dan musim yang baik untuk bertani dan melaut
tidak diperoleh melalui bangku pendidikan formal. Pengetahuan tersebut hanya
diperoleh berdasarkan pengalaman dan cerita dari orang tua. Secara garis besar
dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Pengetahuan soal ilmu perbintangan
Masyarakat suku Nuaulu tahu dengan pasti kapan mereka harus kelaut dan
mendapatkan ikan dan kapan tidak perlu ke laut karena pasti tidak akan mendapat
ikan. Hal tersbut mereka tandai dengan benda angkasa yaitu bulan. Apabila bulan
sudah penuh (bulan terang) maka mereka tidak akan melaut karena diperkirakan
pasti tidak akan mendapat ikan, dan ketika bulan gelap saat itu mereka memilih
kelaut untuk mencari ikan, karena saat itu akan ada banyak ikan. Demikian pula
ketika mereka akan membuka lahan/kebun baru, mereka akan tahu hari yang tepat
untuk membuka lahan tersebut tanpa takut akan turun hujan, yaitu ditandai
dengan banyak tidaknya jumlah bintang yang muncul di malam hari. Apabila banyak
bintang yang muncul maka esok adalah hari yang tepat karena tidak akan turun
hujan. Tapi jika tidak ada bintang yang muncul di malam hari itu pertanda bahwa
besok akan turun hujan.
2) Beberapa jenis burung sebagai
pertanda (peringatan) Suara-suaru burung tertentu dianggap sebagai suatu
pertanda atau peringatan bahwa bakal terjadi suatu peristiwa atau kejadian yang
menakutkan, atau akan terjadi musibah, bahkan mungkin aib yang akan menimpa
seseorang. atau kejadian yang relatif langka, namun biasanya menakutkan dan
tidak diharapkan, musibah. Masyarakat suku Nuaulu menyebut burung itu sebgai
burung suanggi/tarbae. Menurut mereka ketika burung itu bersiul biasanya
teriakannya itu kurang lebih 3 kali secara berturut-turut selama tiga hari
maka, aka nada orang yang meinggal dunia atau ada anak gadis yang mengalami
kehamilan diluar nikah. Dan hal tersebut masih mereka percayai sampai sekarang.
3) Pengobatan Bagi masyarakat modern, kesehatan adalah suatu hal yang paling
penting, begitu juga bagi masyarakat suku Nuaulu di pulau seram. Masyarakat
suku Nuaulu mempunyai pengetahuan yang baik dalam soal pengobatan, mereka
mengenal berbagai jenis dedaunan, tumbu-tumbuhan, bahkan buah yang dapat
dijadikan sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Sistem
Teknologi
Sistem
teknologi masyarakat Suku Nuaulu meliputi alat-alat produktif untuk pertanian,
peralatan berburu dan meramu, dan peralatan untuk mencari ikan. 1) Alat- Alat
Produktif Peralatan pertanian yang digunakan oleh masyarakat suku Nuaulu hampir
sama dengan masyarakat petani di daerah lainnya di Maluku meliputi :
(1) sarana dan peralatan untuk pengolahan
lahan dan pemeliharaan tanaman yang masih sangat sederhana atau tradisional.
Artinya unsur teknologi agraris masih membutuhkan tenaga manusia yang relatif
banyak.
(2) sarana atau peralatan untuk pengolahan
hasil pertanian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar