Suku
Asmat
Letak
Geografis
Papua mula-mula
ditemukan pelaut Portugis, Jorge de Meneses pada taun 1526, menyusul tahun
1545, penjelajah Spanyol yang bernama Ynigo Ortiz de Retes (Anu Setaningsih
2000:24). Ynigo Ortiz menemukan hamparan pulau di pesisir utara di dunia yang
merupakan pulau terbesar kedua dan diberi nama Nueve Guinea. Pada tahun 1973
propinsi ini berubah nama menjadi “Irian Jaya”. “Irian” adalah kata Indonesia
untuk New Guinea, dan “Jaya” artinya kejayaan atau kemenangan. Namun penduduk
asli lebih menyukai nama Irian Jaya menjadi Papua Barat. Papua Barat memiliki
etnis asli sama dengan orang-orang di Papua Timur, (Papua New Guinea/PNG) dan
juga sama dengan orang-orang Malenesia lainnya di Pasifik.
Kabupaten
Asmat terletak diantara 4º-7º LS dan 137º-140º BT. Sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Nduga dan Kabupaten Yahukimo. Sebelah selatan berbatasan
dengan Laut Arafura dan Kabupaten Mappi. Sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Mimika dan Laut Arafura. 3 Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Digoel dan Kabupaten Mappi. (Rajiv Gandhy, 2013) Dengan kondisi geografis
seperti diatas, Papua merupakan pulau terbesar dari ratusan kepulauan yang ada
di Indonesia, bahkan menjadi pulau terbesar kedua didunia setelah Greenland.
Tidak dipugkiri bahwa banyak masyarakat yang tinggal didalamnya pun banyak.
Dengan kondisi alam yang masih belum tersentuh banyak budaya modern membuat
Papua, khususnya daerah pedalaman menjadi daerah yang masih tertinggal. Papua
Barat adalah suatu tempat yang spektakuler dengan beragam keindahan,
lereng-lereng gunung yang curam dan hutan-hutan lebat dengan satwa yang unik di
dunia. Banyak tempat yang belum dapat dijamah dan dimasuki oleh dunia luar,
peradaban jaman batu juga masih dapat ditemukan didaerah Papua ini.
Sistem
Kepercayaan
Menurut
Eros Rumansa (2003), ada banyak pertentangan di antara masyarakat Asmat, yang
paling mengerikan adalah cara yang dipakai untuk membunuh musuhnya. Ketika
musuh terbunuh, mayatnya dibawa ke kampung, kemudian dipotong dan dibagikan
kepada seluruh penduduk untuk memakan bersama. Mereka menyanyikan lagu kematian
dan memenggal kepalanya. Otaknya dibungkus daun sago dan dipanggang kemudian
dimakan.Ini menunjukkan bahwa jika setelah berhasil membunuh musuhnya, lalu
memakan mayat musuh melambangkan seluruh kekuatan musuh berpindah ketubuhnya.
Orang
Asmat yakin bahwa di lingkungan tempat tinggal manusia juga didiami berbagai
macam roh yang mereka bagi dalam 3 golongan, yaitu: Yi – ow atau roh nenek
moyang yang bersifat baik terutama bagi keturunannya, 6 Osbopan atau roh jahat
dianggap penghuni beberapa jenis tertentu, Dambin – Ow atau roh jahat yang mati
konyol. (Depdikbud, 1990: 16) Roh-roh dan Kekuatan Magis a. Roh setan Kehidupan
orang-orang Asmat sangat terkait erat dengan alam sekitarnya. Mereka memiliki
kepercayaan bahawa alam ini didiami oleh roh-roh, jin-jin, makhluk-makhluk
halus, yang semuanya disebut dengan setan. Setan ini digolongkan ke dalam 2
kategori (Garista, 2011) : a) Setan yang membahayakan hidup: Setan yang membahayakan
hidup ini dipercaya oleh orang Asmat sebagai setan yang dapat mengancam nyawa
dan jiwa seseorang. Seperti setan perempuan hamil yang telah meninggal atau
setan yang hidup di pohon beringin, roh yang membawa penyakit dan bencana
(Osbopan). b) Setan yang tidak membahayakan hidup: Setan dalam kategori ini
dianggap oleh masyarakat Asmat sebagai setan yang tidak membahayakan nyawa dan
jiwa seseorang, hanya saja suka menakutnakuti dan mengganggu saja. Selain itu
orang Asmat juga mengenal roh yang sifatnya baik terutama bagi keturunannya,
yaitu berasal dari roh nenek moyang yang disebut sebagai yi-ow. Sebelum agama
Kristen masuk, suku Asmat sangat mempercayai roh-roh yang ada disekitarnya.
Sehingga apapun yang berkaitan tentang kejadiankejadian yang ada selalu
dihubungkan dengan kepercayaannya terhadap roh-roh yang membahayakan maupun
menyelamatkan hidupnya. b. Kekuatan magis dan Ilmu sihir Orang Asmat juga
percaya akan adanya kekuatan-kekuatan magis yang kebanyakan adalah dalam bentuk
tabu. Banyak hal -hal yang pantang dilakukan dalam menjalankan kegiatan
sehari-hari, seperti dalam hal pengumpulan bahan makanan seperti sagu,
penangkapan ikan, dan pemburuan binatang. 7 Kekuatan magis ini juga dapat
digunakan untuk menemukan barang yang hilang, barang curian atau pun
menunjukkan si pencuri barang tersebut. Ada juga yang mempergunakan kekuatan
magis ini untuk menguasai alam dan mendatangkan angin, halilintar, hujan, dan
topan.
Sistem
Kekerabatan
Suku bangsa Asmat,
dalam sistem kekerabatan mengenal 3 (tiga) bentuk keluarga, yaitu : Keluarga
Inti Monogamy dan Kandung Poligami, Keluarga Luas Uxorilokal (keluarga yang
telah menikah berdiam di rumah keluarga dari pihak istri), Keluarga Ovunkulokal
(keluarga yang sudah menikah berdiam di rumah keluarga istri pihak ibu).
Puji Striya menyatakan, perkawinan yang
dianggap ideal (prefence) adalah perkawinan sepupu dua kali atau sepupu tiga
kali. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat disana cenderung untuk melakukan
perkawinan endogamus kerabat. Alasan perkawinan seperti itu (secara adat)
karena “bukan orang lain”, sehingga kemungkinan bertengkar itu jarang terjadi.
Selain itu untuk mendapatkan kembali “nyala api semakin padam”. Hal ini tidak
menutup kemungkinan bahwa perkawinan diluar kerabat itu tidak 8 dilakukan.
Perkawinan semacam ini juga dijumpai disana, dimana alasan perkawinan itu
disebabkan karena dulunya yang bersangkutan pernah bertugas didaerah tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa sistem kekerabatan di Papua sangat berkaitan erat
dengan perkawinan antara anggota kerabat sendiri, sehingga menumbuhkan hubungan
kekerabatan yang bersifat “bilateral” supaya tali temali hubungan kekerabatan
yang berantai tak terputus. Dan itulah yang menyebabkan dalam suatu kampung
terdiri dari satu rumpun keluarga.
Upacara
Kelahiran
Suku asmat merupakan
suku yang sangat memperhatikan nasib generasi penerusnya. Suku asmat akan
menjaga dengan baik calon generasi penerusnya mulai dari saat masih di dalam
kandungan sang ibu agar bisa lahir ke dunia dengan selamat. Proses itu pun
berlanjut hingga sang bayi lahir. Tak lama setelah lahir, keluarga akan
mengadakan upacara sederhana bersama anggota suku yang lain.
Sistem
Perkawinan
Suku asmat merupakan
salah satu suku terbesar di papua yang masih eksis. Tidak ada upacara khusus
dalam pernikahan suku asmat. Menurut Hanisa, saat ada laki-laki dan wanita akan
menikah, laki-laki harus “membeli” wanita pilihannya dengan menawarkan mas
kawin berupa piring antik dan uang yang senilai dengan perahu Johnson (sejenis
perahu motor untuk melaut). Pihak laki-laki dilarang melakukan tindakan aniaya
walaupun sudah diperbolehkan tinggal dalam satu atap. Hal ini menunjukan bentuk
bahwa suku asmat sangat menghargai dan menjunjung derajat wanita.
Macam-macam
adat perkawinan
a) Adat virilokal adalah garis keturunan
orang asmat yang ditarik berdasarkan garis keturunan orang tua laki-laki.
Sesudah menikah, adat virilokal mengharuskan pasangan suami-istri tinggal di
sekitar pusat kediaman kerabat suami. b) Adat levirat adalah pernikahan seorang
janda dengan saudara kandung bekas suaminya yang telah meninggal. Akibat dari
adanya adat ini yaitu terjadinya sistem perkawinan poligini di dalam suku
asmat. c) Adat tinis adalah pernikahan seorang anak dalam masyarakat asmat yang
biasanya di atur kedua orang tua kedua belah pihak, tanpa diketahui oleh sang
anak. d) Adat persem adalah perkawinan yang terjadi akibat adanya hubungan
rahasia antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang kemudian diakui
secara sah oleh orang tua kedua belah pihak. e) Adat mbeter yakni kawin lari
yang artinya seorang pria melarikan gadis yang disenanginya. Ke 3 cara inilah
yang sering digunakan suku asmat dan telah menjadi budaya yang turun-temurun.
Upacara
Kematian
Orang Asmat tidak mengenal dalam hal
mengubur mayat orang yang telah meninggal. Bagi mereka, kematian bukan hal yang
alamiah. Bila seseorang tidak mati dibunuh, mereka tetap percaya bahwa orang
tersebut mati karena suatu sihir hitam. Bayi yang baru lahir yang kemudian mati
pun dianggap hal yang biasa, mereka tidak terlalu sedih karena mereka percaya
bahwa roh bayi itu ingin segera ke alam roh-roh (W kurniati, 2013). Sebaliknya
kematian orang dewasa mendatangkan duka cita yang amat mendalam bagi masyarakat
Asmat. Suku Asmat percaya bahwa kematian 11 yang datang kecuali pada usia yang
terlalu tua atau terlalu muda, adalah disebabkan oleh tindakan jahat, baik dari
kekuatan magis atau tindakan kekerasan. Kepercayaan mereka mengharuskan
pembalasan dendam untuk korban yang sudah meninggal kepada roh leluhur, kepada
siapa mereka membaktikan diri, direpresentasikan dalam ukiran kayu spektakuler
di kano, tameng atau tiang kayu yang berukir figur manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar